sang alkemis

Sang Alkemis
Oleh lani

Hari siang tadi cuaca sangat panas. Sekarang ketika malam menjemput udara berubah menjadi dingin. Saya merenung sejenak; pernah suatu kali saya merasa hidup ini tidak berarti sama sekali. Hanya bagian dari siklus, ketika lahir menjadi bayi, tumbuh remaja lalu dewasa, tua dan pada akhirnya mati. Sebuah system social terjadi didalamnya, entah itu sebuah status atau bentuk yang lainnya. Namun, ternyata ada yang menarik dalam hidup itu sendiri yaitu perjalanan dalam mengarungi hari demi hari, detik demi detik, dari menit ke menit dan dari jam ke jam. Di mana jika kita hidup di dunia sebagai manusia akan mengalami delapan keadaan duniawi seperti yang diterangkan dalam Atthaka Nipata, Angutara Nikaya sebagai berikut;

Delapan Keadaan Duniawi itu adalah;
Untung dan rugi, terkenal dan tidak terkenal, dipuji dan dicela, bahagia dan menderita, hal-hal ini berlalu dalam kehidupan manusia, tidak tetap dan pasti berubah, orang bijaksana yang waspada memahaminya dengan baik, mengamati perubahannya. Hal-hal yang menyenangkan tidak menggoyahkan pikirannya, dan yang tidak menyenangkan tidak menjengkelkannya. Semua suka dan tidak suka disingkirkannya olehnya, dihilangkan dan dilenyapkan, menyadari sekarang tentang keadaan tanpa cela dan tanpa duka, ia sepenuhnya mengetahui, setelah melewatinya ke seberang.

Saya teringat sebuah Novel karya Paulo Coelho yang berjudul The Alchemist yang baru selesai saya baca kira-kira satu jam yang lalu. Kutipan dalam Novel tersebut seperti ini
“Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita?” Tanya si anak, ketika mereka mendirikan tenda pada hari itu. “Sebab, di mana hatimu berada, disitulah hartamu berada.”

Demikianlah selintas percakapan antara Sang Alkemis dan Santiago, anak gembala yang mengikuti suara hatinya dan berkelana mengejar mimpinya. Perjalanan tersebut membawanya ke Tangier serta padang gurun Mesir, dan di sanalah dia bertemu Sang Alkemis yang menuntunnya menuju harta karunnya, serta mengajarinya tentang jiwa Dunia, cinta, kesabaran dan kegigihan. Perjalanan itu pulalah yang membawanya menemukan cinta sejatinya; Fatima, gadis gurun yang setia menanti kepulangannya.

Harta karun. Kita semua memilki harta karun yang sejatinya ada di dalam diri kita. Bukan emas ataupun permata tetapi sebuah perjalanan dan proses dalam menjalani kehidupan itu sendiri. Tentang Jiwa Dunia, cinta, kesabaran, kegigihan. Dan kita memerlukan seseorang untuk melatihnya, seseorang itu adalah yang berada disekitar kita. Kita menyebutnya sebagai guru, musuh, kawan, lawan, kekasih, dan sebutan-sebutan lainnya yang kita senangi dan tidak kita senangi.

Saya kadang melupakan bahwa sesungguhnya semua bersumber dari dalam diri sendiri. Dari sebuah proses yang semuanya tidak bisa dengan instant. Semakin didera berbagai macam masalah disitulah suara hati kita terus bekerja. Dan bahwa hidup bukanlah masalah berarti dan tidak berarti tetapi hidup adalah sebuah perjalanan yang didalamnya terdapat hal-hal yang menakjubkan. Seperti anak gembala dalam novel yang bertemu sang Alkemis yang mengajarinya tentang harta karun sejatinya, suara hati. Apakah saya dapat mendengarkan suara hati saya?

Hmm, malam semakin larut. Udara dingin berhembus mencari celah lewat jendela kamar. Daun-daun bergemerisik membisikan saya tentang sesuatu, apa itu? Sang Alkemis, suara hati yang bisa mengubah sesuatu menjadi emas (berharga).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Embun Cinta

Jodoh Dan Budhism

Let's Do It!