Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Cerpen Buddhis

Dimuat di majalah Buddhis VDR edisi magha puja 2014 Aku Lupa Caranya Jatuh Cinta Oleh : Lani Aku pernah merasa bahwa waktu terlalu lama berlalu, bahkan aku bisa merasakan detik demi detik bergerak mengikuti putaran arah jarum jam. Tidak bisa memejamkan mata meski hanya untuk beberapa saat. Membosankan dan rasanya dunia ini tempat yang memuakkan. Tidak bisa merasakan kedamaian dalam senyum, dan otak terisi penuh dengan ketidaknyamanan. Ada apa denganku? Aku bertanya pada diri sendiri dan disekitarku. Kamu galau. Kamu banyak pikiran. Kamu minum kopi. Itu jawab mereka. Mungkin aku tidak memikirkan apa-apa, bahkan memikirkan mimpi pun tidak. Aku tidak tahu, aku hanya ingin tidur memeluk gulingku melupakan semua dan merasakan kenyamanan yang biasa kudapatkan seperti hari-hari sebelumnya. Suara gemuruh hujan melengkapi hari menjelang malam, tidak ada senja yang dihiasi sunset nan indah. Rintikan-rintikan air itu menggelayuti tubuhku yang menerabas jalanan dengan sepeda motor

Cerpen Buddhis

Cerpen di muat di majalah Buddhis VDR tangerang edisi asadha 2014 Bintang Yang Tersenyum Oleh : Lani Pagi selalu mengingatkan Dinda tentang sebuah kesempatan. Kehidupan baru yang tidak akan pernah sama dengan hari-hari sebelumnya. Tentang sebuah harapan dan kemungkinan yang akan selalu ada selama masih mau berusaha. Menikmati hidup dengan cara yang berbeda karena hidup adalah tentang bagaimana kita yang rasa. Dinda menatap langit biru dengan kemegahan yang membahana mengingatkan dirinya bahwa dia sangat kecil dan hampir tidak berarti seperti debu yang mudah tersapu angin. Tangannya membentang dengan perlahan menutup matanya, merasakan angin yang lembut menggelayuti seluruh tubuhnya. Sekarang dia berharap hujan tiba-tiba turun membersihkan dirinya dari debu-debu yang menempel terutama debu didalam hatinya. Tentang segala amarah yang ingin dilenyapkannya, dunia ini terlalu indah untuk dikotori dengan perasaan-perasaan yang menyiksa diri. Namun, selalu ada saja rasa yang men

Tidak Ada Alasan Bagi Saya

Hari pertama kerja setelah libur panjang harusnya saya semangat seperti yang sudah saya rencanakan. Selalu semangat kembali mengejar untuk mewujudkan mimpi. Tetapi hari ini saya lesu, merasa kecewa dan tidak bergairah. Kenapa? Rasanya saya sedang galau mungkin tapi tentang apa? Semangatku lagi mengendur seperti senar gitar yang sumbang. Harusnya saya puas sudah jalan-jalan, pulang kampung dan aktifitas lainnya yang membuang uang. Bukan saya menyesal dengan uang yang sudah kukeluarkan. Saya tidak peduli yang penting saya puas. Namun rasa ini membuatku benar-benar tidak merasa nyaman. Saya ingin sendirian atau kalau bisa bertemu Buddha. Hampa namun tak tahu mengapa. Saya sedikit terhibur dengan obrolan yang kubuat sendiri dengan orang yang memang ku kagumi. Saya senang dia membalasnya ada rasa bahagia yang tak bisa terkatakan. Saya sadar saya hanya seorang pengagum namun kadang saya berharap lebih untuk tidak hanya sekedar pengagum. Saya pikir dia lah yang mampu menghapus semua lara, p